KERSIK LUWAY PADANG PASIR SUNYI
JUMAT, 25 OKTOBER 2019
Jumat, 9 Agustus 2019 dipanas terik mentari sore yang menyengat, aku mengunjungi Kersik Luway bersama dengan teman-temanku, hari itu sekaligus menjadi hari terakhirku mengunjunginya sebelum aku melanjutkan studi ku di Jogja Kersik Luway sendiri adalah nama sebuah cagar alam atau kawasan konservasi yang dilindungi oleh pemerintah pusat dan dikelola oleh BKSDA KalTim (Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur).
Nama ‘Kersik Luway’ berasal dari bahasa daerah setempat yang mempunyai arti Padang Pasir yang Sunyi.
Kersik Luway terletak di desa Sekolaq Darat , Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Ditetapkan sebagai cagar alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 792/Kpts/Um/10/1982. Kersik Luway adalah Cagar Alam yang melindungi berbagai macam jenis Anggrek. Di era sekarang terdapat 57 jenis Anggrek yang masih tersisa dan beberapa jenis Kantong Semar.
Salah satu yang menjadi ikon penting Kersik Luway ialah Anggrek Hitam dalam bahasa latin disebut Coelogyne pandurata. Anggrek hitam ini sangat langka dan hanya bisa ditemukan di Kalimantan Timur yaitu tepatanya di Cagar Alam Kersik Luway.
Kembali lagi ke topik perjalananku saat mengunjungi Cagar Alam Kersik Luway. Hari itu aku mengunjungi Kersik Luway bersama dengan teman-temanku, disepanjang perjalanan dari desa Sekolaq Darat menuju ke Kersik Luway kami sangat menikmatinya, diperjalanan kami melewati 3 anak sungai, disungai yang terakhir kami berhenti sejenak untuk beristirahat. Suara air yang mengalir dibebatuan sekejap membuat jiwa ku tenang dari lelahnya perjalanan. Tidak jauh dari sungai yang kami singgahi tadi, sekitar 500 meter kami tiba di Cagar Alam Kersik Luway.
Saat pertama masuk kami disambut ramah oleh penjaga cagar alam disana, dan kami disuruh untuk mengisi buku tamu sebelum masuk dan diberikan arahan untuk tidak merokok dan membuang sampah didalam kawasan.
Setelah kami mengisi buku tamu kamipun melanjutkan perjalanan kami ke dalam kawasan. Saat pertama kali masuk hamparan padang pasir putih yang luas seakan sedang menyambut kedatangan kami diiringi dengan alunan angin sepoi-sepoi yang membuat sejuk dipanas sore yang terik. Nuansa hamparan pasir putih ditengah-tengah hutan membuatku menyadari betapa indahnya karya Tuhan itu. Perlahan sambil menikmati perjalanan akhirnya kami tiba didaerah yang terdapat banyak anggrek. Pohon-pohon yang rindang namun tidak terlalu tinggi seakan-akan menjadi payung teduh ditengah panasnya terik matahari dikala itu.
Kami berjalan terus menyusuri daerah-daerah yang terdapat banyak anggrek, cukup sulit untuk menemukan bunga anggrek yang mekar, karena bunganya sendiri tidak bisa bertahan lama dan hanya bisa bertahan dalam kurun waktu yang singkat yaitu sekitar 3-4 hari saja setelah mekar.
Tanpa disadari hari pun semakin sore, sinar mentari yang perlahan-lahan tenggelam seakan-akan menjadi alarm yang mengingatkan kami untuk segera pulang yang menandakan hari sudah petang. Kami sangat menikmati sore hari yang indah itu tanpa pernah berpikir jika suatu saat semua bisa berubah.
Memasuki bulan September 2019, seluruh Kalimantan diselimuti musim panas yang membara, tidak terkecuali untuk daerah tempat tinggalku dan sekitarnya, tersiar ditelevisi kebakaran terjadi dimana-mana khususnya dipulau Kalimantan. Cuaca menjadi semakin panas tidak terkecuali untuk Cagar Alam Kersik Luway, hujan pun seakan seperti permata yang sulit untuk ditemukan keadaan sekitar menjadi sangat kering.
Dipertengahan bulan september terdengar kabar yang sangat menyayat hati, kabar yang selama ini tidak ingin didengar, cagar alam yang melindungi Anggrek hitam kembali menjadi santapan api, setengah populasi anggrek hangus termakan api, semua warga bersedih melihat peristiwa itu, saat mendengar kabar itu aku hanya bisa mengharapkan yang terbaik melalui doaku dari tanah perantauan ini. Sekian.
Nama : Hesya Yobel
NIM : 19208249003
Tugas : Membuat Feature (Bahasa Indonesia)
JUMAT, 25 OKTOBER 2019
Jumat, 9 Agustus 2019 dipanas terik mentari sore yang menyengat, aku mengunjungi Kersik Luway bersama dengan teman-temanku, hari itu sekaligus menjadi hari terakhirku mengunjunginya sebelum aku melanjutkan studi ku di Jogja Kersik Luway sendiri adalah nama sebuah cagar alam atau kawasan konservasi yang dilindungi oleh pemerintah pusat dan dikelola oleh BKSDA KalTim (Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur).
Nama ‘Kersik Luway’ berasal dari bahasa daerah setempat yang mempunyai arti Padang Pasir yang Sunyi.
Kersik Luway terletak di desa Sekolaq Darat , Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Ditetapkan sebagai cagar alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 792/Kpts/Um/10/1982. Kersik Luway adalah Cagar Alam yang melindungi berbagai macam jenis Anggrek. Di era sekarang terdapat 57 jenis Anggrek yang masih tersisa dan beberapa jenis Kantong Semar.
Salah satu yang menjadi ikon penting Kersik Luway ialah Anggrek Hitam dalam bahasa latin disebut Coelogyne pandurata. Anggrek hitam ini sangat langka dan hanya bisa ditemukan di Kalimantan Timur yaitu tepatanya di Cagar Alam Kersik Luway.
Kembali lagi ke topik perjalananku saat mengunjungi Cagar Alam Kersik Luway. Hari itu aku mengunjungi Kersik Luway bersama dengan teman-temanku, disepanjang perjalanan dari desa Sekolaq Darat menuju ke Kersik Luway kami sangat menikmatinya, diperjalanan kami melewati 3 anak sungai, disungai yang terakhir kami berhenti sejenak untuk beristirahat. Suara air yang mengalir dibebatuan sekejap membuat jiwa ku tenang dari lelahnya perjalanan. Tidak jauh dari sungai yang kami singgahi tadi, sekitar 500 meter kami tiba di Cagar Alam Kersik Luway.
Saat pertama masuk kami disambut ramah oleh penjaga cagar alam disana, dan kami disuruh untuk mengisi buku tamu sebelum masuk dan diberikan arahan untuk tidak merokok dan membuang sampah didalam kawasan.
Setelah kami mengisi buku tamu kamipun melanjutkan perjalanan kami ke dalam kawasan. Saat pertama kali masuk hamparan padang pasir putih yang luas seakan sedang menyambut kedatangan kami diiringi dengan alunan angin sepoi-sepoi yang membuat sejuk dipanas sore yang terik. Nuansa hamparan pasir putih ditengah-tengah hutan membuatku menyadari betapa indahnya karya Tuhan itu. Perlahan sambil menikmati perjalanan akhirnya kami tiba didaerah yang terdapat banyak anggrek. Pohon-pohon yang rindang namun tidak terlalu tinggi seakan-akan menjadi payung teduh ditengah panasnya terik matahari dikala itu.
Kami berjalan terus menyusuri daerah-daerah yang terdapat banyak anggrek, cukup sulit untuk menemukan bunga anggrek yang mekar, karena bunganya sendiri tidak bisa bertahan lama dan hanya bisa bertahan dalam kurun waktu yang singkat yaitu sekitar 3-4 hari saja setelah mekar.
Tanpa disadari hari pun semakin sore, sinar mentari yang perlahan-lahan tenggelam seakan-akan menjadi alarm yang mengingatkan kami untuk segera pulang yang menandakan hari sudah petang. Kami sangat menikmati sore hari yang indah itu tanpa pernah berpikir jika suatu saat semua bisa berubah.
Memasuki bulan September 2019, seluruh Kalimantan diselimuti musim panas yang membara, tidak terkecuali untuk daerah tempat tinggalku dan sekitarnya, tersiar ditelevisi kebakaran terjadi dimana-mana khususnya dipulau Kalimantan. Cuaca menjadi semakin panas tidak terkecuali untuk Cagar Alam Kersik Luway, hujan pun seakan seperti permata yang sulit untuk ditemukan keadaan sekitar menjadi sangat kering.
Dipertengahan bulan september terdengar kabar yang sangat menyayat hati, kabar yang selama ini tidak ingin didengar, cagar alam yang melindungi Anggrek hitam kembali menjadi santapan api, setengah populasi anggrek hangus termakan api, semua warga bersedih melihat peristiwa itu, saat mendengar kabar itu aku hanya bisa mengharapkan yang terbaik melalui doaku dari tanah perantauan ini. Sekian.
Nama : Hesya Yobel
NIM : 19208249003
Tugas : Membuat Feature (Bahasa Indonesia)
Komentar
Posting Komentar